Endonesia 8.7 | Berita / Internet | |
Tinggalkan Amazon AWS, Grab Hijrah ke Microsoft Azure? | ||
Oleh : endonesia | Rabu, 24 Oktober 2018 05:19:32 | |
| ||
Grab berkiprah di jagad taksi-online, dan akhirnya ojek-online, sejak 2012. Dan sedari awal itu, Grab besar bersama --dan juga lahir di-- Amazon Web Services (AWS), layanan cloud milik raksasa ritel online Amazon. Mulai Oktober ini, kebersamaan Grab dan Amazon sepertinya mulai terusik. Microsoft, yang makin merajai pasar layanan cloud, pada 8 Oktober 2018 mengumumkan rencana investasinya ke Grab, dengan membawa serta layanan cloud miliknya sendiri: Azure. Walhasil, ada kemungkinan kelak infrastruktur cloud Grab akan hijrah dari AWS ke Azure. Pukulan telak bagi Amazon? Belum seberapa. Akhir pekan lalu, 19 Oktober 2018, Grab mengumumkan telah membajak salah seorang pakar AWS, Mark Porter, dan mendapuknya sebagai Chief Technology Officer (CTO) for Transport dan berkantor di pusat riset Grab di Seattle, Washington, AS.
Grab selama ini senang mendayagunakan infstruktur cloud Amazon. Pada AWS Summit 2017 di Singapura, Grab pun mendapat kehormatan untuk mempresentasikan mimpinya untuk memajukan Asia Tenggara bersama AWS: Driving Southeast Asia Forward with AWS. Arul Kumaravel, Vice President of Engineering Grab, menyebutkan tiga alasan mengapa Grab senang dengan AWS. Pertama, AWS memungkinkan tim teknologi informasi yang ramping. Grab hanya punya 10 orang ahli untuk mengelola seluruh layanan Grab, karena masalah infrastruktur cloud sudah ditangani AWS. Kedua, skalabilitas. Dibandingkan masa awal, kebutuhan infrastruktur cloud sudah meningkat 200 kali lipat, dan semua bisa teratasi hanya dengan mengklik satu tombol. Ketiga, inovasi. Ketika baru mulai, Grab menggunakan database MySQL. Seiring peningkatan kebutuhan, dan telah memasuki era big data, Grab lantas beralih memakai Redshift, data warehouse berbasis cloud yang disediakan AWS. Untuk keperluan analytics dan query databasenya, Grab menggunakan Amazon S3, komplit dengan EMR dan Presto, yang kelak ditingkatkan lagi dengan memakai Athena. Oktober ini, Grab sudah menyepakati kemitraan strategis --plus investasi-- dengan Microsoft untuk penyediaan infrastruktur cloud.Akankah database Grab yang berbasis Redshift dialihkan ke Azure SQL Data Warehouse, seperti sudah banyak dilakukan perusahaan lain? Akankah Grab memindahkan seluruh infrastruktur cloudnya ke Azure? Masih belum jelas. Tak ada penjelasan spesifik. Saat kesepakatan keduanya diumumkan, hanya dikabarkan kalau Grab akan menjadikan Microsoft Azure sebagai ''preferred cloud platform''. Selain itu, Grab juga berniat mengekpolitasi keunggulan Azure dalam hal machine learning dan artificial intelligence (AI) lainnya, terutama teknologi 'recommendation engine', yang diyakini bisa menghadirkan 'rekomendasi' yang benar-benar pas bagi para pengguna aplikasi Grab. Tak diketahui apakan teknologi cerdas Microsoft ini akan mengolah data langsung dari Redshift ataukah lebih dahulu memindahkannya ke Azure Data Warehouse. Belum jelas soal migrasi data warehouse, Grab sudah mengumumkan langkah baru lagi. Grab merekrut Mark Porter, pakar database yang selama lima tahun terakhir bekerja di AWS, termasuk sebagai General Manager layanan Amazon RDS, Amazon Aurora, dan Amazon RDS for PostgreSQL. Di kantor barunya di pusat riset Grab di Seattle, Washington, AS, Mark Porter ditempatkan sebagai Chief Technology Officer (CTO) for Transport. Apa makna kehadiran Mark Porter? Pertanda Grab akan terus memakai AWS cloud? Bacaan menarik: Microsoft Azure Data Warehouse vs Amazon Redshift Data Warehouse Integral Analytics moves to Azure SQL Data Warehouse from AWS for High Performance Integrate Amazon Redshift to Microsoft Azure SQL Database Amazon's Last Chance: If It Doesn't Catch #1 Microsoft In The Cloud In Q1, It Never Will | ||
Endonesia 8.7 : https://endonesia.sourceforge.io/ Versi online: https://endonesia.sourceforge.io//mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=49 |